Jatim-MCB
Luasan areal kopi mengalami pengurangan pada tahun ini, hal tersebut juga sudah terjadi pada tahun 2023. Ada beberapa penyebab berkurangnya areal lahan kopi tersebut. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, Dydik Rudy Prasetya mengatakan, sebenarnya luas Areal Kopi Jawa Timur cenderung bertambah dari tahun 2020 hingga 2022. Tahun 2020 Luas areal kopi mencapai 112.338 Ha, kemudian bertambah pada tahun 2021 menjadi 113.330 Ha, dan bertambah Kembali pada tahun 2022 menjadi 116.160 Ha.
Namun pada tahun 2023 luas areal kopi berkurang menjadi 115.921 Ha. Hal ini dikarenakan hal seperti, alih fungsi lahan, penurunan kualitas tanah, juga adanya masalah penyakit dan hama.
“Meskipun terdapat tantangan yang dihadapi petani kopi dalam produksi kopi Jawa Timur, produksi kopi dari tahun ke tahun cenderung meningkat,” katanya.
Berikut ia merinci dibalik berkurangnya areal kopi. Untuk Alih fungsi lahan, lanjutnya, perkebunan kopi milik petani beralih menjadi komoditas lain yang lebih menguntungkan secara ekonomi, seperti tebu. Kemudian terkait Penurunan Kualitas Tanah, ia mengatakan, pengelolaan lahan yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah yang menyebabkan turunnya produktivitas. “Beberapa tanah yang tidak produktif di area Jawa Timur ditinggalkan begitu saja sehingga banyak Perkebunan kopi milik rakyat terbengkalai,” katanya.
Dan masalah berikutnya, masalah Penyakit dan Hama. Ia menjelaskan, Hama dan penyakit tanaman kopi yang sulit dikendalikan dapat mengurangi hasil panen dan menyebabkan petani kehilangan minat dalam merawat tanaman kopi.
Menilik beberapa permasalahan tersebut maka Disbun Jatim juga melakukan beberapa upaya, seperti Perbaikan Teknik Budidaya, Adopsi teknologi pertanian modern dan praktik budidaya yang lebih baik, seperti pemupukan yang efisien, pengendalian hama yang lebih efektif, dan penggunaan varietas kopi unggul, dapat meningkatkan hasil panen dan kualitas kopi.
Kemudian diperlukannya dukungan Pemerintah dan Lembaga Terkait, Program Pemerintah dan Lembaga non-Pemerintahan (Seperti Bank Indonesia, dsb.) yang mendukung petani kopi melalui Pelatihan, Penyuluhan, Bimbingan Teknis, Penyediaan Benih Unggul, Bantuan Alat Penanganan Panen dan Pascapanen, dapat memotivasi petani untuk meningkatkan kapasitas produksi mereka.
“Kenaikan Harga Kopi, ketika harga kopi di pasar global atau domestik meningkat,hal ini dapat memberikan insentif ekonomi bagi petani untuk meningkatkan produksi dan mengelola lahan kopi mereka dengan lebih baik,” katanya.
Ia juga menambahkan, peningkatan permintaan kopi, baik di pasar domestik maupun internasional, dapat mendorong petani untuk memperluas lahan kopi mereka dan meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan pasar yang lebih tinggi. (Yoyok/Ningsih)