Terjadi becana alam gempa berkekuatan 5.6 magnitudo di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Jabar) pada Minggu keempat di bulan November 2022. Guncangan hari, Senin tanggal 21 itu berhasil merusak ratusan rumah warga.
Selain rumah, ada sebanyak 334 korban jiwa yang meninggal dunia. Salah satu kecamatan yang paling terdampak adalah Kecamatan Cugenang. Presiden Joko Widodo datang memberikan dukungan moril dan materil kepada korban terdampak (penyintas) di kecamatan tersebut.
Jokowi tercatat sudah empat kali mengunjungi daerah di Cianjur untuk memastikan semua bantuan terdistribusikan dan terlaksana dengan baik. Jokowi juga menyarankan agar pembangunan rumah mengikuti standarisasi bangunan tahan gempa.
Rumah tahan gempa tersebut akan dibangun sebanyak yang tersebar di wilayah terdampak. Selain itu, pemerintah juga memberikan 8.100 bantuan dengan tiga kategori, yakni rusak berat sebesar Rp 50 juta, sedang Rp 25 juta, dan ringan Rp 10 juta.
Saya sendiri memiliki kesempatan untuk melihat situasi di Kampung Selakawung Kidul, RT 05 RW 02, Desa Rancagoong, Kecamatan Cilaku, Kab. Cianjur, Jabar. Itu merupakan lokasi salah satu desa-kecamatan yang paling terdampak.
Saya menetap sementara di Posko Jabar Bergerak selama tiga hari sejak Kamis malam hingga Minggu, 25 November 2022 sore. Selama tiga hari tersebut saya berkeliling dan membantu warga. Walaupun tak seberapa, saya juga ikut dalam proses pembangunan Ruang Serba Guna (RSG Jabar Bergerak). Insyaallah bermanfaat bagi warga Cianjur, khususnya KP (dibaca kampung) Selakawung Kidul, RT 05 RW 02.
Meskipun kondisinya sudah membaik, tetap saja saya masih bisa melihat reruntuhan rumah. Kondisi rumah yang retak membuat tidak ada pilihan untuk dirobohkan sebelum dibangun kembali. Sementara waktu, warga mendirikan Hunian Sementara (Huntap), masjid ibadah, dan MCK (Mandi, Cuci, dan Kakus).
Pemulihan kondisi dan memastikan tidak ada gempa susulan sebenarnya masih membutuhkan waktu minimal tiga bulan (Maret 2023). Saat ini, gempa kerap datang tiba-tiba dengan skala kecil. Jadi, masyarakat tidak diperkenankan untuk langsung membangun ulang rumah secara permanen. Tujuannya untuk menghindari sewaktu-waktu ada guncangan yang lebih besar lagi.
Gempa di Cianjur itu akibat pergerakan lempengan yang disebut dengan Sesar Cimandiri. Sesar tersebut memanjang dari Pelabuhan Ratu Sukabumi ke Kab. Cianjur, Bandung Barat, hingga Subang.
Gempa yang terjadi itu di antara Sukabumi dan Cianjur. Patahan sesar tersebut dikenal dengan sebutan Sesar Cugenang. Dangkalnya gempa membuat guncangan terasa begitu kuat dan berhasil merusak rumah warga.
Saat saya masih berada di lokasi, beberapa wilayah di Jabar mengalami gempa. Namun, gempa yang terjadi tidak sebesar di Cianjur. Sehingga tidak ada dampak atau korban jiwa.
Indonesia cukup sering mengalami becana alam, baik gempa, tsunami, dan lain-lain. Maka, sangat penting bagi pemerintah untuk melakukan upaya mitigasi secara komprehensif daerah-daerah tertentu yang memiliki potensi memunculkan bencana alam. Dengan begitu, pemerintah memiliki peta/ data serta solusi pencegahannya. Itu cara benar (mengelola/ tata) bernegara.
(Panji Purnama)