Tantangan Berkurban
Sebentar lagi kita akan merayakan Idul Adha 1443 H atau dikenal juga dengan sebutan Hari Raya Qurban, karena pada hari ini umat Islam disunnahkan untuk menyembelih hewan qurban, yang sarat akan makna dan mengandung manfaat yang sangat besar untuk membantu sesama.
Ingatlah bahwa semangat berqurban dengan menyembelih hewan qurban harus diiringi dengan pemahaman yang utuh tentang niat, cara, tujuan dan pelaksanaannya. Jangan sampai berqurban hanya untuk menunjukkan kesombongan, memamerkan kekayaan dan tidak sampai pada esensinya yakni untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Al-qur’an Surat Al-Hajj Ayat 37 menegaskan: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”
Salah satu hikmah disyariatkannya qurban adalah untuk mengendalikan nafsu kebinatangan yang ada pada diri kita, Imam Al Ghazali telah mengingatkan kepada kita semua bahwa penyembelihan hewan kurban menyimbolkan penyembelihan sifat kebinantangan manusia. Pada saat yang sama kita akan mampu mempertajam kepekaan dan tanggungjawab sosial, menggalang solidaritas dan mewujudkan kebersamaan.
Jika hikmah ibadah qurban mampu kita implementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka akan tumbuh tanggung jawab sosial di kalangangan masyarakat, terwujud solidaritas dan kebersamaan, yang semua itu akan menjadi modal besar untuk membebaskan negeri ini dari segala masalah yang mengungkung dan mewujudkan negeri yang adil, makmur dan sejahtera.
Semangat berkorban bagi umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan akan menghadapi tantangan yang besar. Dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita dituntut untuk senantiasa berkorban, setidaknya kita diperintahkan untuk tidak mendahulukan kepentingan pribadi dan golongan serta harus mengutamakan kepentingan umum, kepentingan agama, kepentingan masyarakat, kepentingan bangsa dan kepentingan negara.
Mengapa hal ini penting? Karena memang semangat berkorban di tengah-tengah masyarakat ahir-ahir ini mulai terkikis, jangankan berkorban untuk turut membantu pemerintah dan negara dalam menghadapi situasi sulit saat ini, untuk mendukung saja pun sepertinya sangat sulit. Hal ini terlihat dengan kian maraknya tudingan miring terhadap pemerintah, bully-an terhadap pemimpin negara dan pemimpin daerah, serta nyinyiran terhadap berbagai kebijakan dan program yang dijalankannya.
Inilah tantangan terberat yang harus kita hadapi dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semangat berkorban demi agama, berjuang atau berjihad tentu saja tidak perlu diragukan lagi dan ghirohnya semakin besar ahir-ahir ini, tetapi sering kali salah kaprah dengan pemaknaan jihad yang tidak pada tempatnya, pemaksaan ideologi yang tidak sesuai dengan kehidupan masyarakat Nusantara, penyebaran faham kelompok dan aliran tertentu yang ujung-ujungnya merusak tatanan kehidupan yang ada, serta kian rendahnya toleransi dalam beragama dan kian pudarnya moderasi dalam beragama.
Dalam perkembangan zaman yang diwarnai kemajuan dunia digital, kita jug dituntut untuk bisa berkorban dengan cara menahan diri dan tidak terpancing dengan berita-berita yang terkadang tidak jelas sumbernya, tidak gampang menyebarkan berita bohong atau hoax dan mengedepankan tabayyun atau cek ricek tentang informasi yang berseliweran di era medsos seperti saat sekarang ini.
Tantangan ini akan semakin besar ketika kita akan memasuki tahun politik, munculnya politik identitas, penggunaan SARA untuk kepentingan politik kelompok tertentu dan ancaman perpecahan harus kita antisipasi bersama, agar keutuhan bangsa dan negara ini tetap terjaga.