Oleh: Anne Syaefatun Hindrimayatin*)
Andai saja mereka ini paham betul akan bahaya yang akan ditimbulkan oleh perokok dan akan berdampak buruk bagi perokok pasif dan dirinya sendiri tentu mereka segera menghentikannya.
Menurut hasil dari data laporan WHO tahun 2008 Indonesia yaitu Indonesia merupakan negara terbesar mengkonsumsi rokok ke-3 di dunia dari daftar 10 negara perokok terbesar di dunia. Hal ini sudah terpampang jelas sekali jika warga negara indonesia gemar sekali untuk mengkonsumsi rokok dari kalangan anak remaja lanjut usiapun ikut serta dalam hal ini.
Sangat teramat miris sekali jika kita melihat hasil dari data laporan WHO untuk Indonesia pada tahun 2008. Kejadian itu sudah berlangsung 6 tahun lalu, sekarang ini produk rokok yang diperjual belikan mulai dari warung, supermarket marak beredar dan tentunya mengalami banyak seklai rokok yang terjual setap harinya.
Mungkin saja sekarang atau nanti masa yang akan datang negara Indonesia ini mengalami lebih banyak lagi jumlah perokoknya dan hingga menduduki posisi teratas. Apa mungkin? Bisa jadi sih … tapi masa iya saya beranggapan seperti itu terhadap saya sendiri.
Bukannya begitu, kita ambil saja contoh dari kenyataan banyak sekali orangtua yang sudah tidak sanggup lagi untuk membiyai sekolah anaknya padahal ia mampu untuk membeli rokok perbungkus 35 ribu setiap harinya dan mungkin bisa jadi lebih 1 bungkus.
Jika ditinjau lebih lanjut, semisalnya harga 1 bungkus itu tarolah 35 rb jika dikalikan 35 x ( 1 bulan ) maka berjumlah 1 juta 50 rb, pengeluaran setiap bulannya untuk membeli rokok mungkin pembelian dalam perharian tersebut lebih dari 1 atau 2 bungkus rokok. Bisa dibayangkan uang kita yang kita cari dengan susah payah dengan Cuma-Cuma membeli rokok.
Lebih baik membiayai anak dan istrinya ketimbang membeli rokok yang tidak memiliki dampak positif bagi kita yang ada hanya membuat dompet kita semakin tipis saja setiap harinya dan berdampak negatif bagi kita (para pengguna) dan juiga bagi para perokok pasif (penghirup asap rokok) hal ini lah yang mengapa saya mengangkat judul tentang nasib perokok pasif.
Menurut saya dengan mengangkat tema ini akan menjadi berita yang menarik dan menjadi trending topik. Sebenarnya pihak yang lebih dirugikan ialah para perokok pasif ketimbang perokok itu sendiri. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan asap yang keluar dari ujung batang rokok maupun mulut atau hidung para perokok sangat berbahaya bagi perokok pasif karena asap rokok memiliki kandungan dari berbagai zat yang berbahaya bagi manusia jika dihisab terus menerus dan dalam jangkauan panjang waktu tanpa henti.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan perokok bukannya perokok dapat terhindar dari bahaya yang ditimbulkan rokok terhadap dirinya perokok bersugesti (percaya diri) kalau dengan merokok saja dapat menghilangkan setres dan bahkan lebih parahnya lagi kalau perokok itu cowok beranggapan kalau tidak merokok maka itu bukan laiki-laki sunguhan tapi laki-laki jadi-jadian (banci) dan bahkan lebih parahnya lagi wanita.
Padahal kalau kita mau jujur sekarang ini para banci hampir semuanya merokok. Secara tidak sadar mereka termakan sugestinya sendiri. Tidak sedikit penyakit yang ditimbulkan oleh perokok itu sendiri. Hal ini dikarenakan mereka terlalu percaya akan sugestinya sendiri andaikan saja mereka ini paham betul akan bahaya yang akan ditimbulkan oleh rokok dan akan berdampak buruk bagi perokok pasif dan dirinya sendiri, tentu mereka segera menghentikannya sesungguhnya yang paling kasihan ialah perokok pasif karena mereka tidak melakukan ulah namun karena banyaknya orang egois yang mementingkan dirinya sendiri dan yang bertujuan untuk melampiaskan kepuasan dirinya sendiri sehingga mereka ( para pengguna ) tega untuk melakukan hal itu diantara orang banyak bahkan menghiraukan orang-orang yang disekitarnya.
Seharusnya, pemerintah memberikan sanksi kepada para perokok khususnya para pecandu berat rokok. Salah satu sanksinya misalnya mengadakan rehabilitas secara keseluruhan supaya tidak ada lagi pecandu rokok di indonesia. Sebenarnya sih tidak harus memberikan sanksi terhadap perokoknya juga melainkan memutuskan hubugan antara pemerintah dengan pabrik pembuat rokok.
Jangan hanya semata-mata pajak dari hasil penjualan rokok itu besar sehingga pemerintah terus saja membiarkan warga negaranya untuk mengkonsumsi barang yang sebenarnya dapat merusak moral khususnya bagi remaja dan tanpa kita sadari warga indonesonesia yang tadinya miskin di tambah lagi untuk membeli rokok ya malahan tambah miskin. Kalau sudah begini kapan negara indonesia bisa menjadi negara maju? Akan kah terus menjadi negara yang berkembang dan tak pernah berubah? Entah lah mungkin yang tahu hanya negara itu sendiri dan warga negaranya yang paling terpenting.
*) Penulis Adalah Warga Indramayu, tinggal di Kelurahan Margadadi Kec.Indramayu.